23 Mar 2008

Free Download E-Book

Beberapa koleksi e-book Civil Engineering yang bisa di download gratis:

Geology Analysis of Naturally Fractured Reservoirs
By : R.A Nelson, BP Amoco, Houston T.X
Much has happened in the field of fractured reservoir analysis since the publication of the first edition of this text in 1985। Many more reservoirs have been identified as being fracture-controlled and great strides have been made in the integration of the work and approaches of the many disciplines needed to work successfully with these reservoirs. Indeed, from exploration through blow-down, the effective management of these reservoirs requires the application of multi-disciplinary approaches more than virtually any other type of petroleum reservoir.
Download Link

Design and Construction Driven Pile Foundation By : US Department of Transportation
Pile foundations are used extensively for the support of buildings, bridges, and other structures to safely transfer structural loads to the ground and to avoid excess settlement or lateral movement.They are very effective in transferring structural loads through weak or compressible soil layers into the more competent soils and rocks below. A “driven pile foundation” is a specific type of pile foundation where structural elements are driven into the ground using a large hammer. They are commonly constructed of timber, precast prestressed concrete (PPC), and steel (H-sections and pipes).

The CA/T project is recognized as one of the largest and most complex highway projects in the United States. The project involved the replacement of Boston’s deteriorating six-lane, elevated central artery (Interstate (I) 93) with an underground highway; construction of two new bridges over the Charles River (the Leverett Circle Connector Bridge and the Leonard P. Zakim Bunker Hill Bridge); and the extension of I–90 to Boston’s Logan International Airport and Route 1A। The project has been under construction since late 1991 and is scheduled to be completed in 2005.(1)

Download Link
http://rapidshare.com/files/101903227/design_and_construction_of_driven_pile_foundation.zip.html
Standard Handbook For Civil Engineer
Consist of 7 (seven) parts :
Part 1 : System Design
Part 2 : Design Management
Part 3 : Specification
Part 4 : Construction Management
Part 5 : Construction Materials
Part 6 : Structural Theory
part 7 : Geotechnical Engineering
Download Link : http://rapidshare.com/files/102693195/Standard_Handbook_for_Civil_Engineers.zip.html
SOILS AND GEOLOGY PROCEDURES FOR FOUNDATION DESIGN OF BUILDINGS AND OTHER STRUCTURES (EXCEPT HYDRAULIC STRUCTURES) DEPARTMENTS
By : US Department of the Army and Air Force
This manual presents guidance for selecting and designing foundations and associated features for buildings, retaining structures, and machinery. Foundations for hydraulic structures are not included. Foundation design differs considerably from design of other elements of a рдеे because of the interaction between the structure and the supporting medium (soil and rock).

Download Link
http://rapidshare.com/files/103204762/soil_geology_foundation.pdf

Joints in Concrete Construction
(Reported by : ACI Commitee)
Download Link : http://rapidshare.com/files/102489255/joint_in_concrete_construction.pdf.html













































Read More......

21 Mar 2008

Selamat Datang Green Building

Ini merupakan penggalan sebagian besar artikel yang di terbitkan di surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 19 Maret '08 mengenai Green Building.

Bisnis Indonesia, 19 Maret 2008

Desain bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi atau lebih popular disebut gedung hijau (Green Building), belakangan ini mulai diminati pengembang dan para pemodal dalam negeri.

Bahkan mereka tidak ingin ketinggalan trend yang telah menglobal itu walaupun dengan konsekuensi harus menambah budget lebih banyak lagi. Mereka khawatir dengan mengabaikan tren akan merugikan diri sendiri.

Karena itulah sekarang bangunan yang sedang atau akan dibangun di jakata dan kota-kota besar lainnya di Indonesia cenderung desain arsitekturnya berkonsep green building.

Walaupun sebelumnya belum ada standar green building di Tanah Air, tetapi semua mengarah ke konsep itu dengan mengadopsi standar yang telah diakui internasional.

Standar yang dimaksud adalah yang berasal dari build and contraction authority (Singapura) dan The Leadership in Engineering and Environment Design (LEED) dan Green Building Council dari Amerika Serikat.

Konsep green building yang sesungguhnya adalah bangunan yang memiliki kemampuan secara mandiri dalam pengadaan energi tanpa menghasilkan polusi tehadap lingkungan.

Pengertiaannya bukan semata-mata dapat menghemat pemakaian listrik dari Perusahaan listrik Negara (PLN) karena digantikan generator yang digerakkan oleh diesel. Sebab diesel menimbulkan suara bising dan mengeluarkan gas buang yang mengotori udara. Sehingga ada ide teknologi pembangkit tenaga listrik bertenaga angin, yang perangkatnya dipasang diatas gedung.

Namun, desain ruang melalui pengaturan dindin dan jendela yang memungkinkan saling berhubungan juga dapat menghemat penggunaan lampu listrik dan air conditioner (AC).

Kemudian pengaturan pencahayaan sinar matahari yang masuk ke dalam juga dapat menekan biaya listrik dai efesiensi yang dicapai melalui pengaruan suhu udara dai AC dan titik lampu yang tidak diaktifkan.

Menurut Dian Putro Purnomo, Marketing Communication Manager, BCI Asia-Indonesia, untuk membangun sendiri pembangkit listrik secara mandiri memang sulit, jika dibandingkan dengan mengupayakan desain ruang dan pengaturan cahaya menjadi lebih efisien dalam menggunakan energi listrik.

lebih memungkinkan bagi bangunan berkonsep green building adalah dalam kemampuannya reducing yakni mengurangi produksi sampah. Apapun bentuknya sampah yang biasa dihasilkan oleh pengelolaan gedung.

Selanjutnya, kemampuaannya reusing dalam pengetiaan gedung tesebut memiliki teknologi untuk memanfaatkan limbah yang diproduksi, misalnya air buangan dari limbah kamar mandi diolah menjadi air bersih untuk menyirami tanaman hias di sekitar gedung.

“Jadi idealnya bangunan ber konsep green building mampu melakukan reducing, reusing, dan diharapkan dapat menyediakan sendiri energi listrik yang ramah lingkungan,” katanya.

Read More......

15 Mar 2008

Referensi

Berikut beberapa referensi Project Management dalam bentuk File PDF & Html, semoga berguna..

1. Integrated Project Management

http://www.box.net/shared/mgksb5t8ow

2. Project Management Guide

http://www.box.net/shared/ypqt7kxcsk

Read More......

13 Mar 2008

KEGAGALAN BANGUNAN TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Update, Senin 11 September 2006, 08.00 bbwi

Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari nilai kontrak.


Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak.

Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan atau menyebabkan timbulanya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak.

Demikian tertulis sanksi pidana di dalam pasal 43 Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) No 18 tahun 1999. Perencana (konsultan, pelaksana (kontraktor) dan pengawas (inspektur) menjadi sorotan utama dari kegagalan bangunan. Kalau kita bandingkan UUJK terbaru ini memberikan sanksi lebih ringan dari UU sebelumnya yang menetapkan denda 100% dari nilai kontrak.
Implikasi negatif terhadap politik, sosial dan teknis dari suatu bangunan merupakan kegagalan bangunan. Kerusakan lingkungan dari suatu pabrik penambangan misalnya, termasuk kegagalan bangunan.

Bukan hanya saat pelaksanaan konstruksi, kesalahan desain memberikan kontribusi terhadap kegagalan bangunan. Bangunan yang mengalami gagal fungsi sebelum akhir umur pemakaiannya yang direncanakan termasuk dalam kegagalan bangunan. Bangunan yang berefek jelek terhadap lingkungan sekitarnyanya bisa karena kesalahan dalam konsep desain, walaupun pelaksanaannya benar, itu pun termasuk dalam kegagalan bangunan juga.

Kegagalan bangunan adalah resiko yang tidak berdiri sendiri, selalu ada sebab akibat yang menyertainya, tanggung jawab harusnya dipikul bersama-sama. Bisa jadi permasalahan timbul karena hal nonteknis yang mengakibatkan kegagalan teknis. Komunikasi yang tidak “nyambung” ada kalanya menyebabkan kesalahan fatal.

Sampai saat ini belum tegas penegakan sanksi dari kegagalan bangunan. Proses perizinan dan tender sering tidak profesional. Peraturan terkadang tidak kompatibel dengan peraturan lainnya karena dibuat sendiri-sendiri

Dari sisi pihak yang terkait langsung dengan pekerjaan konstruksi perlu sekali penegakkan kode etik secara benar. Segera perbaiki seluruh sistem prosedur yang berlaku saat ini. Secara universal sifat manusia umumnya memang cenderung berprilaku menyimpang demi mendapat keuntungan pribadi. Dengan prosedur dan kode etik kelemahan mental tersebut dapat diantisipasi.

Belajar dari proyek besar tol Cipularang, seharusnya menerapkan manajemen resiko jauh sebelum pelaksanaan konstruksinya. Prosedur double checker dan second opinion perlu diterapkan sejak masa penelitian awal dan perencanaan

Mesjid yang sedang masa pelaksanaan di daerah Jakarta Utara roboh. Ruko di daerah Sunter, Jakarta Utara ambruk perancah cetakannya pada saat pengecoran beton. Agak spektakuler kegagalan bangunan pada jalan tol cipularang yang tidak dapat diantisipasi tuntas dalam waktu singkat. Dan ada yang memakan korban meninggal dunia ketika tumbangnya menara TV 7 saat pelaksanaan konstruksi sudah berjalan setengahnya., sedangkan izin mendirikan bangunan ternyata belum tuntas pengurusannya. Dan banyak lagi kegagalan bangunan lainnya di Indonesia.

“Pasti ada hikmah dari setiap musibah yang terjadi,” demikian kata orang bijak. Apa hikmah yang bisa diambil dari kegagalan bangunan yang telah terjadi itu? Coba cermati dan kembangkan sistem prosedur yang ada saat ini. Masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki.

Marilah dari kejadian itu kita jadikan titik balik untuk memperbaiki kelemahan yang masih ada. Kita tidak mempunyai pedoman lengkap perencanaan, pedoman pengawasan dan konsep design review untuk diterapkan pada proses konstruksi. Bisa juga kegagalan konstruksi terjadi akibat material bangunan. Kontrol kualitas bahan bangunan perlu standarisasi industri. Memang dibutuhkan kontribusi banyak pihak untuk meminimalkan kegagalan konstruksi. (Taufiq).

Read More......

11 Mar 2008

Role of the Project Manager

Peran dari seorang Project Manager
Seorang project manager mempunyai tanggung jawab dan tugas yang bermacam-macam, tidak hanya terfokus pada hal-hal yg teknis saja. Bagaimana layaknya seorang project manager harus mempunyai kemampuan membuat tim proyek agar tetap solid, mampu memonitor dan mengontrol budget dengan membuat bar chart & critical path serta mempunyai kemampuan analisis resiko yang baik.

Berikut kita jabarkan peran dari seorang project manager dari 3 sudut pandang :
1.Tanggung Jawab yang dimiliki seorang Project Manager
2.Tantangan yang akan dihadapi seorang Project Manager
3.Skill yang di butuhkan seorang Project Manager

Tanggung Jawab seorang Project Manager

Tanggung Jawab seorang Project Manager terdiri dari 4 (empat) cakupan antara lain :
1.Proyek
2.Organisasi
3.Tim Kerja
4.Project Manager itu sendiri

Setiap tanggung jawab mempunyai fokus dan peran yang sedikit berbeda. Salah satu yang paling nyata adalah, tanggung jawab terhadap proyek, Seorang Project Manager harus mengontrol proyek yang ditanganinya. Proyek harus selesai sesuai dengan budget, sesuai dengan spesifikasi, dan waktu. Ke tiga aspek itu harus dipenuhi oleh seorang Project Manager.

Seorang Project Manager juga mempunyai tanggung jawab terhadap organisasi. Proyek yang ditangani harus mempunyai return yang nyata terhadap organisasi. Taat kepada setiap kebijakan yang di keluarkan organisasi, harus mengambil keputusan dengan wewenang yang terbatas dari organisasi, dan juga kadang-kadang seorang Project Manager juga harus mengambil keputusan yang bukan yang terbaik bagi poyek tetapi terbaik buat Organisasi.

Seorang Project Manager juga harus mempunyai tanggung jawab tehadap tim kerja yang di pimpinnya. Memang tidak mudah tanggung jawab yang harus di penuhi terhadap tim kerja. Seorang Project Manager harus memberikan feedback dari hasil pekerjaan proyek jika diperlukan, memberikan perhargaan terhadap anggota tim proyek yang mempunyai prestasi yang baik, dan tantangan yang paling sulit adalah menyeimbangkan antara kepentingan anggota tim, kepentingan tim, dan kepentingan proyek.

Tanggung jawab Project Manager yang terakhir adalah tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab ini tidak pernah di diskusikan di setiap buku project management, tapi ini penting, khususnya jika kamu sudah memilih project manager sebagai profesi yang kamu tekuni. Jika perusahaan mendukung karir anda sebagai proyek manager, beruntung bagi anda, dan selamat saya ucapkan !!. Jika tidak tentu ini menjadi masalah yang besar bagi anda.


Skill yang diperlukan bagi seorang Project Manager

Untuk melaksanakan tanggung jawab yang telah dijabarkan diatas, seorang project manager perlu memiliki skill yang bermacam-macam. Jadi skill dan kemampuan apa saja yang diperlukan bagi seorang Poject Manager agar bisa menjalankan proyek secara efektif?.

Gary Heerken ( 2002) mengkategorikan skill & pengetahuan yang diperlukan seorang Project Manager menjadi 4 (empat) kategori :
-Project Management process skill
-Interpersonal & behavioral skill
-Technology management skill
-Desire personal traits

Project Management Process skill

Skill Proses manajemen proyek, bisa di sebut hard skill merupakan pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan mekanisme dari manajemen proyek.

Seorang Project Manager harus bisa menguasai teknik, tools manajemen proyek dan teknologi yang bisa diaplikasikan di proyek. Contohnya seorang project manager harus bisa membuat work breakdown structure, membuat network diagram, dan bisa mempersiapakan dokumen-dokumen yang diperlukan klien.


Interpersonal dan Behavioral skill

Memimpin proyek berarti mengatur dan menyelesaikan segala sesuatu melalui orang lain. Seorang Project manager harus mempunyai Interpersonal & Behavioral skill yang baik, bisanya disebut soft skill. Behavioral skill meliputi : gaya (style), Kelakuan pesonal (personnal conduct), dan pendekatan (approach).

Technology Management Skill

Banyak proyek yang melekat pada yang namanya teknologi. Teknologi menuju kepada proses dari proyek. Sebagai contoh, proses itu mencakup : pengembangan software, proses kimia, atau konstruksi komersial. Kemampuan kita mengkoordinasi proses teknologi ini sangat penting jika ingin menjadi seorang project manager.

-Beberapa skill manajemen teknologi yang perlu dikuasai leh seorang Project Manager yaitu :
-kemampuan dalam teknologi proyek
-Kemampuan dalam mendukung teknologi area
-Pengetahuan tentang industri
-Kemampuan dalam mempersiapkan spesifikasi teknis secara kompreshensif
-Kemampuan dalam disain
-Pengetahuan produk
-Pengetahuan tentang proses
-Manajemen properti

Desired Personal Skill
Banyak studi yang meneliti korelasi antara ciri personal project manager dengan kesuksesan project manager. Walaupun hasil studi juga menunjukkan hasil yang berbeda, tetapi ada beberapa ciri yang dominan antara lain :
-Kejujuran dan integritas
-Berpikir seperti seorang generalis
-Toleransi terhadap sifat ambiguitas
-Toleransi terhadap ketidakpastian
-Keyakinan yang tinggi
-Tegas
-Orientasi pada proses
-Percaya diri/reflektif
-Terbuka dan mudah di akses
-Cerdas

Seorang project manager adalah project manger yang mempunyai kemampuan di lapangan, dan diatas kertas, kemampuan dlam memimpin tim proyek. Seorang project manager yang sukses juga harus menguasai proses manajemen proyek, kemampuan dalam mengaplikasi teknologi, mempunyai interpersonal dan behavioral skill. (Willy)


Daftar Pustaka
Kleim R.L, Ludin I.R (1998), Project Management Practitioner’s Handbooks, McGraw-Hill
Hall. E, Johnson. J (2002), Integrated Project Management, Prentice Hall
Heerkens. G (2002), Project Management, McGraw-Hill.












































Read More......

Pengenalan Pondasi Tiang Pancang

Pile Foundation

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.

Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan berbeda-beda.

Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahananan, dan hal-hal yang strategic dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang.

Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tangan atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.

Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (Steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan Tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel.

Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem Pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalasi tiang pancang bermunculan.

Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah :

1. untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras

2. untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift

Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.

Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan memuaskan,dan konstruski seharusnya di bangun diatas pondasi tiang। Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jetty atau dermaga. (Willy).

Read More......

5 Mar 2008

Bangunan Tinggi (Tall Building)

Pencakar langit dalam Perencanaan dan Pembangunan

Ada banyak gedung-gedung tinggi atau bangunan pencakar langit yang sedang di bangun. Di Indonesia kita mempunyai Peak Sudirman dengan 2 (dua) tower dengan ketinggian lebih kurang 200 meter. Di Malaysia kita mengenal menara kembar Petronas yang sempat di klaim sebagai bangunan tertinggi di dunia.

Menurut Chicago Base Council ada 140 gedung pencakar langit yang sedang dibangun di seluruh dunia dengan ketinggian 200 m atau lebih. Burj Dubai di UEA (Uni Emirate Arab) diperkirakan merupakan bangunan tertinggi di dunia saat ini. Bangunan yang dibiayai oleh pengembang Emaraar Properties –Dubai merahasiakan tinggi gedung Burj Dubai, tetapi Chicago Base Council memprediksi tinggi gedung bisa mencapai 700 meter. Perencana gedung Burj Dubai sendiri mengemukakan lebih dari 600 meter.

Gedung Burj Dubai di disain oleh Pei Partnership, New York City. Tower dari Burj Dubai ini akan menjadi bagian dari Dubai Waterfront, tepatnya akan diumumkan pada tanggal 21 Oktober tahun ini

Menurut perencana masterplan Burj Dubai, Gruzen Samton Architects, New York, rencana kota dari 500.000 adalah ukuran dari Manhattan. (Willy)

World’s Tallest Building Under Construction

Rank

Name

Location

Height

(meter)

Year complete

1

Burj Dubai

Dubai, U.A.E

700+*

2008

2

Busan Lotte Tower

Busan, South Korea

494

2009

3

Shanghai World Fincial Center

Shanghai

492

2007

4

Abraj Al Bait Hotel Tower

Mekkah, Saudi Arabia

485

NA

5

International Commerce Centre

Hongkong

484

2009

6

Nanjing Greenland Financial Centre

Nanjing, China

456

2008

7

Dubai Tower Doha

Doha, Qatar

442

2007

8

Trump International Hotel & Tower

Chicago

415

2008

9

23 Marina

Dubai

380

2009

10

Bank of America Tower

New York City

366

2008

11

Wanhao Financial Center

Chongqing, China

357

2006

12

Almas Tower

Dubai

350

2007

13

Federation Complex Tower A

Moscow

345

2010

14

Palacio de la Bahia

Panama City

336

2009

15

Rose Tower

Dubai

333

2006

Sumber : Council on Tall Building& Urban Habitat-Emporis, Compiled By Marshall Gerometta

*estimate


Read More......

1 Mar 2008

KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG

Update, Senin 11 September 2006, 08.00 bbwi

Bagi negara yang tercatat dalam Protokol Kyoto, konservasi energi, yang berarti suatu permintaan untuk mengurangi pemakaian energi, menjadi keharusan yang mesti dipenuhi.
Usaha konservasi energi tidak hanya diterapkan pada sistem desain baru tetapi juga pada sistem lama dengan catatan selama sistem tersebut memenuhi kondisi penghematan energi atau konsumsi energi minimum yang dapat memuaskan kebutuhan pemakai dan negara. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang sangat boros dalam penggunaan energi listrik jika dibandingkan dengan negara lain. Akibatnya, pemakaian listrik meningkat cukup tajam dari tahun ke tahun, tidak sesuai dengan pertumbuhan penggunaan energi listrik.
Melihat perkembangan dan fakta di lapangan pada 2003 dan tahun-tahun berikutnya, kondisi 2006 akan semakin parah. Kekhawatiran itu muncul karena hanya terdapat beberapa tambahan pasokan listrik saja, sedangkan permintaan pemakai energi listrik akan terus meningkat.
Sementara itu, cadangan minyak bumi Indonesia pada 2002 kurang lebih sebesar 9 miliar barel dengan kuota ekspor 1,5 juta barel/ hari dan kebutuhan Indonesia mencapai 1 juta barel/ hari. Kondisi tersebut diperkirakan pada 2010 kuota ekspornya tetap, tapi kebutuhan domestik meningkat menjadi 1,8 juta barel/ hari. Asumsi ini sekaligue menunjukkan kemungkinan bahwa cadangan minyak Indonesia akan habis pada tahun 2020. Padahal minyak bumi merupakan salah satu bahan baku utama pasokan energi listrik.
Salah satu serapan energi listrik yang besar terdapat pada bangunan gedung bertingkat. Di Indonesia, berdasarkan standar pada comercial building, kebutuhan energi setiap tahunnya adalah 246 kWh/ m2. Belum ada gedung di Indonesia yang menggunakan energi di bawah angka itu. Pada 1998, menurut survai yang dilakukan IAFBI (Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia), rata-rata gedung di Jakarta menghabiskan 310 kWh/ m2 setiap tahunnya. Sebagai gambaran betapa borosnya pemakaian energi listrik di Indonesia, pada tahun yang sama Singapura hanya menggunakan 210 kWh/ m2 per tahunnya.
Upaya mengatasi krisis energi
Meskipun energi terbarukan melimpah di Indonesia, seperti energi surya, angin, mikrohidro, geotermal, dan biomasa, namun masih sangat minim pemakaiannya, diperkirakan 10 tahun mendatang hanya 10 sampai 20 persen pasokan energi listrik berasal dari energi terbarukan tersebut. Dan kondisi saat ini pemanfaatan energi terbarukan itu hanya satu persen saja.
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengatasi krisis energi. Pemakaian lampu hemat energi atas kerja sama PT GE Lighting Indonesia dan PLN, yang dapat menghemat pemakaian energi listrik sebesar 80% dan perencanaan gedung hemat energi “Graha Pangeran” di Surabaya oleh Jimmy Priatma. Penghematan energi yang dicapai dari hasil rancangan pada gedung yang disebut terakhir sebesar 65 %.
Kunci penghematan energi pada gedung-gedung tinggi adalah dengan penggunaan listrik untuk AC dan penerangan dapat ditekan serendah mungkin, karena penggunaaan energi di gedung bisa mencapai 90% untuk AC dan penerangan. Sebagai contoh pada wilayah DKI Jakarta, jumlah gedung berdasarkan data tahun 2000 sebanyak 960.000 gedung, dan 1000 gedung di ataranya adalah gedung berlantai lima ke atas. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh IAFBI, dari 500 gedung berlantai delapan yang menjadi obyek penelitian, baru 10% atau 50 gedung di Jakarta yang menggunakan energi mendekati angka standar.
Penghematan pada sistem pendingin (AC)
Jika pada tiap gedung bertingkat menggunakan sistem pendingin, pemakaian energi terbanyaknya pada kompresor, yakni sebesar 90% dari total pemakaian energi listrik untuk sistem pendingin. Upaya untuk penghematan energi pada sistem pendingin dapat dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain efisiensi kompresor, membuat variasi putaran kompresor, mencari refrigeran alternatif, membuat variasi putaran fan, sistem kontrol refrigeran, dan lain-lain.
Untuk mengatasi krisis energi di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Henry Nasution PhD dari Universitas Bung Hatta Padang dan Prof Mat Nawi Wan Hassan dari Universitas Teknologi Malaysia, terdapat beberapa cara. Dapat berupa pemanfaatan teknologi inverter dengan membuat variasi pada putaran motor kompresor. Sehingga pada tujuan tertentu, pemakaian sistem pendingin disesuaikan dengan keadaan dan aktifitasnya. Teknologi ini tidak menyulitkan dalam hal pemasangan dan tersedia di pasaran Indonesia.
Atau upaya kedua, dengan menggunakan sistem pengaturan. Walaupun menambah biaya awal untuk investasi, pada sistem ini tidak lagi memerlukan operator, karena pada sistem tersebut telah terintegrasi dan terkoneksi. Ini akan lebih baik dan jauh lebih hemat pemakaian energi listriknya jika dibandingkan dengan sistem konvensional.
Sistem pendingin ruangan dengan menggunakan sistem pengaturan ini akan bekerja sesuai dengan banyaknya aktifitas yang berada di dalam ruangan. Perubahan motor kompresor juga sebanding dengan perubahan aktifitas, karena itu dipengaruhi oleh temperatur ruang tersebut. (Danial).

Read More......

31 Jan 2008

We are from MBP Skill Indonesia, a leading reputable Human Resources
Consultancy. Our client in Gold Mining Company looks for suitable
candidates to fill the post of:

Project Scheduler (2-211-68)

Requirements:
• Male/Female, 30 years old
• Bachelor degree (S1) in Engineering
• Has at least 2nd - 3rd years working experience similar
experienced record in Engineering Project
• Familiar with Primavera Enterprise, MS Project, Power point,
MS Word, MS Excel, etc
• Technical, detail oriented problem solver
• Willing to work and relocate in remote location for long
term
• Good Command in English

Field Cost Estimator (2-211-50)

Requirements:

• Willing to be located and working in jobsite at Tembagapura,
Papua.
• Contract based for 6 months (contract will be reviewed per 6
months based on the performance and needs)
• Education background is Undergraduate (S1) as a Mechanical
Engineer or Civil Engineer from reputable university.
• Have working experience for 2-5 years in estimating project
budget from start until completion of the project (man-hours,
material and equipment).
• Have knowledge and can operate computer software: WinEst
(cost estimate), AutoCAD, Primavera and Ms. Office.

An attractive remuneration package commensurate with experiences and
qualifications will be offered to the right candidate.

Your application will be treated confidentially and only short
listed candidates will be followed up. Please send your applications
with CV and recent photo to resumes@mbp- skill.com or PO BOX 4270
JKTM 1400 or visit our web www.mbp-skill. com and quote the above
listed reference number of position.

Read More......

30 Jan 2008

PULAU MAS UTAMA, PT

REQUIRED IMMEDIATELY

PROJECT MANAGER

Background:


A Bali based diverse business group, currently developing one of the assets for high-end resort, urgently needed a Project Manager that must have a high degree of initiative, great organizational ability, a willingness to work in a “hands on” style and strong leadership skills।

Key Responsibilities:
The Project Manager will report to the Director and will be responsible for the construction management of a 15hectare mixed-used five-star development resort and located in Bali. This position will represent the hotel owner and be involved in managing all aspects of this construction project and also future projects. Tasks will include the following:

  • Selecting the construction management company and overseeing bidding proposals from all contractors.
  • Managing construction contractors, overseeing project plans and site preparation, solving construction issues and ensuring that construction is completed on time and to the quality level required.
  • Controlling project budget.
  • Approving payments to contractors and suppliers
  • Working closely with architects.

Qualifications:
  • The project Manager will have proven experiences in managing the construction projects.
  • Posses strong leadership skills, be well organized as well as be well educated to at least the bachelor’s degree level within a civil construction discipline.
  • The successful candidate will have outstanding interpersonal skills and have the ability to command respect combined with a strong commercial awareness.
  • Expats Welcomed.

We are offers a competitive salary, with package, the chance to work independently and the opportunity to handle a high level of responsibility.



Read More......

29 Jan 2008

Our company looking The Candidate to fill our vacancy positions in our site/project.

  1. Residence Engineer (RE)
  2. Highway Engineer (HE)
  3. Structure Engineer (SE)
  4. Quantity Engineer (QE)
  5. Chief Inspector Engineer (CIE)
  6. Visiting Specialist (VS)
  7. ME Engineer (ME)
  8. Environmental Specialist (ENS)
  9. Project Control Engineer (PCE)

Requirements:

  • Male/Female
  • Experience in Highway
  • For Engineering Min. 10 years experience
  • For Specialist Min. 8 years experience
  • Good literate computer
  • -Fluent in English
  • Can work under pressure and able to work individual and team work
  • Will allocated at Makasar

Please put the positions code on the upper left of envelope or in the email subject

If you meet the above requirements please send us your resume with application letter & photograph by mail within two weeks after this advertisement to the following address:

HR Department

PT. Prosys Bangun Persada

Wisma 76 – 21st floor

Jl. Let. Jend S. Parman Kav. 76

Jakarta 11410

or to project.base@yahoo.com

Read More......

PT. GRAHA PUTRA

Kesempatan Berkarir
Site Manager (SM)

(Jakarta Raya - Jakarta)


Requirements:

  • Pria/Wanita
  • Pendidikan min S1 jurusan Teknik Sipil / Arsitektur
  • Memiliki pengalaman min 3 tahun dibidang yang sama

Apalikasi surat lamaran dapat ditujukan melalui Pos ke:

HRD
Gading Bukit Indah Blok Q No. 16
Kelapa Gading - Jakarta 14240

Read More......


Engineering and Business Consultants PT Puri Fadjar Mandiri is an engineering company providing services to government agencies and private enterprise in civil engineering building construction, industrial engineering and development projects in general, in addition to conseling and advice on general economical and social conditions and on investement plans, is looking for the right candidate for the following positions:

Senior Civil Engineering (Geotechnical)
(Jakarta Raya - Jakarta)

Requirements:

  • Hold min Bachelor (S1) degree from reputable university
  • Proven planning and analytical skills
  • Prefebly with 5 years experience in soil investigation and analysis
  • Proficient in English both speaking & writing
  • Prossess analytical & problem solving ability
  • Strong communication & interpersonal skill
  • Responsible, independent, hard worker, handy, willing to work overtime and long hours

kirim Surat Lamaran beserta Resume ke :
Recruitment Team
Jl. Warung Jati Barat No. 75 A
Jakarta 12740
Email: purimail@rad.net.id

Read More......

Kesempatan Berkarir

Drafter - Bekasi
(Jakarta Raya - Bekasi)

Requirements:

  • Pria
  • Pendidikan minimal STM Bangunan atau sederajat
  • Berpengalaman minimal 2–3 tahun dalam hal pembuatan gambar kerja
  • Dapat membuat gambar kerja dengan AutoCAD
  • Mampu bekerjasama dalam team dan sanggup bekerja keras

Kirimkan lamaran lengkap ke: hrd@grdsteel.com

Closing Date :
23-2-08


Read More......

Managing Environmental Liabilities through Contracts

January 2003

by Jeff Slivka, ARM
Gallagher Environmental Risk & Insurance
Arthur J. Gallagher & Co.

Many are aware of the various contractual methods for managing the variety of risks found at construction sites. One area that needs a bit more attention is the real and perceived environmental hazards or contamination routinely found at construction sites. This article explores the uncommon provisions for managing environmental risk through contracts.


Owner’s Disclosure of Environmental Information

First and foremost is information. Typical disclosure statements must specifically reference information relative to the “environmental” condition of the site. Such information could include the obvious—underground tanks information and environmental assessments. But there should be no problem requesting information relative to various permits issued to the site (if working at an active facility), such as notices of violations or fines for releases or discharges and various hazardous substances used or in use at the site.

Depending on the level of effort you want to put forth, there are even Web sites that can provide you with environmental information about the site you are looking to put your workers on. All known conditions should be disclosed.


Preexisting Contamination Clause

Similar to typical indemnity agreements but specific to both known and unknown contamination, a preexisting conditions clause indemnifies the contractor in the event environmental liability attaches merely because of the existence of contamination. For example, if there is existing contamination of an owner’s site due to leaking underground tanks, historic disposal practices, etc., the owner or general contractor will indemnify the contractor for such liability. However, these clauses usually will not indemnify the contractor for exacerbation of conditions or for other contamination releases that the contractor causes by its own actions or omissions.

Preexisting contamination clauses are typically constructed from constituents found in environmental assessments but can also be constructed with general terms attached. The latter should extend to claims that arise out of, are related to, or are based on actual, alleged, or threatened discovery, discharge, dispersal, release, escape, migration, or seepage of any contaminant or pollutant. Contaminants or pollutants can reference various environmental statutes, however, with the way society has sensationalized the issues surrounding “toxic” mold, it would be prudent for the creator of such clause to ensure that microbiological, bacterial, mold, fungus, etc., are found in the definition as well.

Change in Conditions Provision

A change in conditions, specific to environmental conditions or contamination, should also be contemplated. Many times, contamination is found during the course of work. For example, the excavation contractor finds the leaking underground tank no one suspected was there, or the drywall contractor performing work in a hospital finds mold infestation. Does the contract spell out how each party is supposed to respond? The answer is sometimes, yes, but many times, no.

A change in conditions clause will allow for the owner and contractor to ensure proper procedure is followed in the event problems are encountered. Will the contractor be responsible to remediate or remove newly discovered contamination? Will it be the responsibility of the owner? Are change orders warranted? What about work stoppage as a result of the contamination? All these seem so obvious until it happens. Then we go to the document that is supposed to govern the relationship, and find it’s not clearly defined.

General response procedure on the part of both parties should be clearly spelled out in order to solidify how each should respond. However, this clause should be general enough to apply to a myriad of unexpected conditions.


Responsibility for Ownership, Transport, Arranging, and Disposing of Waste

Tremendous liability can be assumed when transporting and disposing, or arranging for the transport and disposal of various wastes generated at the site. Such language should ensure the owner acknowledges the fact that the contractor is not and never intends to become an “arranger,” “operator,” “generator,” or “transporter” of hazardous substances as defined by the Comprehensive Environmental Response, Compensation and Liability Act of 1980 (CERCLA, also known as “Superfund”). In keeping with this mindset, contractors must also be careful not to sign waste manifests as owners or generators of hazardous wastes.

To date, there have been many contractors identified (maybe misidentified) as potential responsible parties under Superfund laws for arranging for the transport of hazardous waste. Ultimately, this may not relieve a contractor of its responsibilities under Superfund but may act as a solid first line of defense.


Environmental Insurance Requirements

Although the environmental insurance marketplace has developed to the point that typical contractor’s pollution liability (CPL) coverage is extremely affordable, very few contracts require it. A CPL provision in the contract will provide a few benefits as follows.

  • Reinforces the indemnity provision in the event the indemnitor no longer has the financial capability to fund a loss.
  • Acts as a “pre-qualifier” since most environmental underwriting requirements are quite rigorous.

When it comes to insurance, thought should also be given to whether or not it should be specific to a project, or is evidence of general environmental coverage enough?


Conclusion

Using one or all of the above provisions—along with other typical provisions such as a clear scope of work (the scope of work or services must clearly stipulate if the contractor is to perform environmental services), health and safety requirements, limitation of liability statement, etc., may reduce exposure to environmental risk. However, in the end, it’s still only a contract and regardless of how clear, concise, and complete it may be, it still may not completely remove a party from environmental liability.

Copyright © 2003. IRMI.com


Read More......